Artinya Sanusi ditangkap saat sedang bertransaksi melalukan korupsi. Penangkapan tersebut menjadi semakin sempurna karena mobil yang diseret KPK adalah merk Jaguar. Merk mobil yang hanya dimiliki sepertinya tak lebih dari 100 orang di Indonesia ini dan harganya milyaran.
Hal lucu dari kejadian ini adalah adanya dukun yang didatangkan untuk meruwat KPK agar Ahok ditangkap soal pembelian tanah RS Sumber waras.
Soal RS Sumber waras ini Sanusi dan kader Gerindra lainnya terkenal paling ceriwis seperti ayam mau bertelur. Dari mulai menyindir Ahok sampai menyindir KPK sendiri semua sudah dia lakukan dengan sangat provokatif.
Namun pagi ini kita mendapati ternyata yang ditangkap malah Sanusi dan teman-temannya.
Ada tiga kemungkinan yang dapat menghubungkan antara variable mendatangkan dukun untuk menangkap Ahok dan KPK yang menangkap Sanusi.
Pertama, kemungkinan besar dukun yang didatangkan telah melakukan kesalahan SOP kedukunan. Entah itu salah mantra atau salah minum air yang hendak disemburkan. Jika ada SOP yang salah, maka sasaran akan tidak menentu.
Kedua, ini yang paling memungkinkan, karena Ahok tidak percaya dukun. sebelumnya Ahok malah pernah menantang dukun untuk menyantet dirinya sendiri. Dalam teori perdukunan, jika sasaran tidak percaya ilmu-ilmu ghaib dan seputaran dukun, maka konsekuensinya akan berputar balik ke orang yang memesan dukun.
Ketiga, dukun sebenarnya didatangkan untuk meruwat KPK agar tidak menangkap Sanusi. Namun kemudian dibuat opini publik bahwa dukun didatangkan untuk menangkap Ahok.
Penangkapan Sanusi terjadi di momen yang sangat tepat untuk menjatuhkan suara Gerindra di Pilgub 2017 Jakarta
Proses hukum Sanusi bisa berlarut-larut hingga tahun 2017 dan dapat dijadikan materi kampanye merah-putih, sehingga siapapun Gubernur calon dari Gerindra atau yang didukungnya, kemungkinan besar akan kalah. Apalagi penangkapan OTT kader Gerindra ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya ada Fuad Amin, mantan Bupati Bangkalan Madura.
Sekalipun Gerindra menyatakan tidak akan memberi bantuan hukum bagi kadernya yang korupsi, tetap saja itu tidak akan membantu apa-apa. Publik akan tetap menilai bahwa yang korupsi dan ditangkap KPK adalah kader Gerindra. Titik tanpa koma.
Dengan begitu, peluang Sandiaga Uno atau siapapun yang dicalonkan Gerindra akan semakin menipis.
Jika sebelumnya Ahok sudah menang telak di banyak survey, dengan kejadian ini maka elektabilitas Sandiaga Uno bisa nyaris nol. Kalau Sandiaga Uno tetap berminat untuk maju di Pilgub 2017, Sewordcom consultant menyarankan agar maju dari partai lain, selain Gerindra.
Menurut pantauan, Sanusi tidak sendiri dalam proses penangkapan KPK. Sampai saat ini masih belum jelas siapa saja yang ditangkap. Tapi ini tidak terlalu penting karena siapapun yang ditangkap kemungkinan hanya berdasarkan kasus yang sama.
Yang publik sedang nantikan adalah, apakah kasus korupsi ini akan membuka kasus-kasus lain seperti yang sudah sering terjadi selama ini?
Sebab biasanya kasus korupsi ini sambung menyambung. Karena dalam kasus korupsi atau maling yang representatif, selalu menghubungkan dan melibatkan banyak orang.
Sudah banyak contohnya, Nazarudin bendahara Demokrat, Lutfi Hasan Ketum PKS, dan terbaru La Nyalla. Berdasarkan penyidikan KPK, semuanya berhasil membongkar lebih dari satu kasus. Dan semuanya tergantung apakah Sanusi akan bernyanyi atau bungkam?
Sebagai rakyat yang baik dan tidak bisa korupsi, maka hal paling waras yang bisa kita lakukan adalah mecemooh dan menghujat para koruptor.
Karena dengan begitu kita ikut memberi sanksi sosial, di mana sanksi ini juga sama pentingnya seperti sanksi kurungan penjara.
0 komentar